Total Tayangan Halaman

Selasa, 06 Desember 2011

DANGE


Dange, bagi sebagian besar orang Bugis sudah mengetahui makanan yang satu ini. Selain nikmat disajikan dengan makanan jenis lain, juga tahan lama dan bisa menjadi alternatif bagi penderita diabetes. Namun saya akan menceritakan makanan ini dalam pengalaman saya.


Merupakan makanan tradisional masyarakat Bugis, terutama yang di daerah Luwu. Sudah menjadi santapan sehari-hari masyarakat Luwu menikmati makanan satu ini. Biasanya di acara keluarga atau acara tudang sipulung (ramah tamah) selalu dange dan makanan tradisional lain menyertai.
Dange yang kaya karbohidrat tersebut merupakan makanan pokok sebagian masyarakat jaman dulu, yang kadar gulanya sangat rendah ketimbang nasi. Makanya beberapa penderita diabetes akhirnya menjadikan dange sebagai bahan terapi untuk mengurangi konsumsi nasi yang kadar gulanya cukup tinggi. Silahkan bagi anda yang bermasalah dengan gula, dan dilarang dokter makan nasi, bisa merasakan nikmatnya dange ini.

                                                makan dange dengan ikan parede

Makanan ini berbahan dasar dari sagu, dibuat di atas tungku dengan menggunakan kotak yang bisa memasukkan tepung sagu sehingga terbentuk kotak-kotak tipis. Dimasak beberapa lama, sampai terlihat sudah berwarna abu-abu dan terlihat sudah melekat butiran-butiran sagunya.
Bagi anda yang pertama kali makan, dange tentunya akan terasa asing di lidah dan saat dikunyah seperti makan biskuit yang masih terasa butir-butir tepungnya. Yah seperti orang bule makan nasi yang kebiasaan makan roti itu contohnya:
Dange yang enak menurut saya adalah dange yang tidak lembek dan tidak keras. Biasanya tergantung cara memasaknya, dan memang harus ahli. Setelah dimasak perlu proses beberapa hari untuk mengeraskannya. Kalau sehabis dimasak di tungku, masih lembek panas dan seperti kue ketika masuk di mulut, ditambah gula jadi maknyus juga. Dange buatan tante saya (saudara tertua ibu saya) merupakan dange yang paling enak. Waktu kecil saya sering memperhatikan tante saya itu bikin dange, namun sayang sekarang sudah tidak membuatnya lagi, cukup membeli di tetangga.

Kalau sudah menemukan dange, saya tidak makan nasi lagi, terasa makyus sudah dalam lidah, bercampur dengan ikan bakar, parede (ikan yang dimasak spesial, asli Luwu juga), atau lawa atau pacco (seperti susi, ikan yang ngak dimasak tapi cuman dikasih cuka dan kelapa parut goreng) dan berbagai jenis lauk-pauk orang-orang Luwu.

Dange biasanya diseduh dengan kuah ikan, atau kuah sayuran, untuk mengurangi kerasnya dange ketika dimakan, dipotong kecil-kecil dan dimasukan ke mulut bersama potongan ikan dan sayuran. Paling enak dengan menggunakan kuah kapurung massido… marasamapappe.
Dange dapat bertahan berbulan-bulan, tidak ada istilah basi buat dange ini. Cerita orang tua dahulu kala ketika terjadi pergolakan pemberontakan Kahar Muzakkar, dange merupakan makanan pokok yang disimpan dalam tanah untuk bertahan berbulan-bulan dalam hutan. Menghindari para gerombolan pemberontak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar