Total Tayangan Halaman

Rabu, 30 November 2011

BAJU BODO

Baju bodo adalah pakaian tradisional perempuan Bugis, Sulawesi, Indonesia. Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia.


Gadis Makassar mengenakan baju bodo (tahun 1930-an?)
Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya.
Warna Arti
Jingga dipakai oleh anak perempuan berumur 10 tahun.
Jingga dan merah dipakai oleh gadis berumur 10-14 tahun.

Merah dipakai oleh perempuan berumur 17-25 tahun.
Putih dipakai oleh para pembantu dan dukun.

Hijau dipakai oleh perempuan bangsawan.

Ungu dipakai oleh para janda.

Pakaian ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan. Tetapi kini, baju bodo mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari atau menyambut tamu agung.
Dulu, baju bodo bisa dipakai tanpa penutup payudara. Hal ini sudah sempat diperhatikan James Brooke (yang kemudian diangkat sultan Brunei menjadi raja Sarawak) tahun 1840 saat dia mengunjungi istana Bone :
"Perempuan [Bugis] mengenakan pakaian sederhana... Sehelai sarung [menutupi pinggang] hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin (kasa), memperlihatkan payudara dan leluk-lekuk dada.” Rupanya cara memakai baju bodo ini masih berlaku di tahun 1930an".




PAKAIAN ADAT BANGSAWAN BUGIS



Sumber:
1. http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=25344&jenis=Life
2.James Brooke, Narrative of Events, dikutip Christian Pelras dalam Manusia Bugis,Jakarta, Nalar,2006, hal. 27
3.http://id.wikipedia.org/wiki/Baju _bodo#cite_note-2

Selasa, 29 November 2011

ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL BANGSAWAN BUGIS

Di Sulawesi Selatan terdapat empat etnik: Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Bugis, Makassar, dan Mandar memiliki kesamaan dalam kebudayaan dan cara hidup sehari-hari. Suku Bugis memiliki populasi terbesar dan mendiami sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan. Umumnya orang Bugis tinggal di rumah panggung dari kayu berbentuk empat segi panjang dengan tiang-tiang yang tinggi memikul lantai dan atap. Konstruksi rumah dibuat secara lepas-pasang (knock down) sehingga bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.

Orang Bugis memandang rumah tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi juga sebagai ruang pusat siklus kehidupan. Tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, kawin, dan meninggal. Karena itu, membangun rumah haruslah didasarkan tradisi dan kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun dari leluhur.

Orang Bugis membangun rumah tanpa gambar. Pembangunan rumah dilaksanakan oeh Panrita Bola (ahli rumah) dan Panre Bola (tukang rumah). Panrita Bola menangani hal-hal yang bersifat spiritual, adat dan kepercayaan. Sedang Panre Bola mengerjakan hal-hal bersifat teknis, mengolah bahan kayu menjadi komponen struktur sampai rumah berdiri dan siap dihuni.

Sistem struktur dan konstruksi rumah terdiri atas lima komponen:
(1) rangka utama (tiang dan balok induk),
(2) konstruksi lantai,
(3) konstruksi dinding,
(4) konstruksi atap,dan
(5) konstruksi tangga. Semuanya dibuat dengan sistem knock down. Tiang, balok induk, dan tangga dibuat dari kayu kelas satu, sedang komponen konstruksi lainnya dibuat dari kayu kelas dua.

Pekerjaan biasanya dimulai dengan membuat Posi Bola (pusar rumah), sebuah tiang yang dianggap sebagai simbol 'perempuan', ibu yang mengendalikan kehidupan di dalam rumah. Jumlah tiang rumah tergantung pada besarnya rumah, biasanya 20 tiang (5x4 baris tiang) atau 30 tiang (5x6 baris tiang). Jumlah tiang menunjukkan status sosial penghuni. Semakin banyak tiangnya semakin tinggi status sosial pemilik rumah. Rumah raja (sao raja), istana raja biasanya memiliki tiang 40 buah atau lebih.

Ragam hias rumah umumnya merupakan ukiran pada ujung balok induk, ambang pintu dan jendela, induk tangga dan ujung puncak bubungan atap.

gambar rumah adat SAO MARIO



sumber:http://id.shvoong.com

ASAL USUL SUKU BUGIS

Bugis merupakan kelompok etnik yang berasal dari wilayah Sulawesi Selatan. Pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 untuk menjadi tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, ada sekitar enam juta jiwa populasi orang Bugis di Indonesia. Kini orang-orang Bugis tidak hanya bermukim disulawesi selatan saja namun telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia, bahkan banyak diantara mereka yang merantau ke mancanegara.

SEJARAH
Awal Mula
Suku Bugis tergolong kedalam suku-suku Melayu Deutero yang masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia, tepatnya Yunan.

Peta negara Cina yang memperlihatkan letak propinsi Yunan

Kata “Bugis” berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama Kerajaan Cina yang terdapat di Pammana (kabupaten Wajo saat ini, yang dimaksud Cina disini adalah nama sebuah daerah di Sulsel, bukan negara Cina) yaitu La Sattumpugi. Rakyat La Sattumpugi menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang pengikut dari La Sattumpugi.
La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai. Ia bersaudara dengan Batara Lattu yang merupakan ayah dari Sawerigading. Sawerigading menikah dengan We Cudai dan memiliki beberapa anak. Salah satu anak mereka adalah La Galigo, seorang pengarang sastra terbesar di dunia yang menghasilkan karya berisi sekitar 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) merupakan kisah tradisi masyarakat Bugis yang tertuang didalam karya sastra I La Galigo. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwu, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain yang ada di Sulawesi, seperti Buton.

Perkembangan
Seiring waktu, komunitas Bugis berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Mereka berhasil mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik yang ada adalah Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Proses perkawinan antar kerajaan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar.

Alfabet Bugis
Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama-sama dengan kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario (yang kelak menjadi bagian dari Soppeng) dan Siang (sebuah daerah di Pangkajene Kepulauan).
Saat ini suku Bugis di Sulawesi Selatan tersebar di beberapa kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, dan Barru. Daerah perbatasan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, dan Pangkajene Kepulauan. Daerah perbatasan antara Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.

MASA KERAJAAN
Peta Sulawesi Selatan

Kerajaan Bone
Pada suatu waktu terjadi kekacauan di Bone selama tujuh generasi, kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja dari kerajaan-kerajaan kecil yang ada di daerah Bone melantik si Manurungnge ri Matajang menjadi raja mereka kemudian memberinya gelar Arumpone. Ketujuh raja tersebut kemudian menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah Ade’ Pitue. Manurungnge ri Matajang juga dikenal dengan nama Mata Silompoe.
Ade’ Pitue sendiri terdiri dari MatoaTa, Matoa Tibojong, Matoa Tanete Riattang, Matoa Tanete Riawang, Matoa Macege, Matoa Ponceng. Istilah Matoa kemudian berubah menjadi Arung.
Setelah Manurungnge ri Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya yang bernama La Ummasa’ Petta Panre Bessie, kemudian dilanjutkan oleh kemenakan La Ummasa’ yaitu anak dari adiknya yang menikahi raja Palakka dan kemudian melahirkan La Saliyu Kerrempelua. Pada masa kepemimpinan Arumpone yang ketiga ini, Bone aktif secara besar-besaran memperluas wilayahnya ke utara, selatan dan barat.

Kerajaan Gowa
Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial dimana orang saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Gowa kemudian mendirikan kerajaan pendamping, yaitu kerajaan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa dan Tallo) akhirnya kembali menyatu menjadi satu kerajaan yaitu Gowa.

Istana Raja Gowa yang dinamakan “Balla Lompoa”

Kerajaan Soppeng
Pada suatu masa ketika terjadi kekacauan di Soppeng, muncul dua orang To Manurung. Yang pertama adalah seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja. Yang kedua adalah seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang kemudian memerintah Soppeng ri Lau. Pada akhirnya kedua kerajaan kembar tersebut menyatu menjadi Kerajaaan Soppeng.
Kerajaan Wajo
Kerajaan Wajo berasal dari komune-komune yang datang dari berbagai arah, yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng. Komune tersebut dipimpin oleh seseorang yang memiliki kemampuan supranatural bergelar Puangnge Ri Lampulung. Sepeninggal beliau, komune tersebut berpindah ke Boli dan dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan supranatural.
Beberapa lama setelah itu, datanglah seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana) bernama Lapaukke yang kemudian membangun kerajaan Cinnotabi. Namun setelah lima generasi, kerajaan ini runtuh. Kerajaan Cinnotabi pernah dipimpin oleh: La Paukke Arung Cinnotabi I, We Panangngareng Arung Cinnotabi II, We Tenrisui Arung Cinnotabi III, La Patiroi Arung Cinnotabi IV. Setelah itu, kedua putra Arung Cinnotabi IV menjabat sekaligus sebagai Arung Cinnotabi V, mereka adalah La Tenribali dan La Tenritippe.
Setelah runtuhnya kerajaan Cinnotabi dimasa kepemimpinan Arung Cinnotabi V, sisa-sisa pejabat kerajaan dan rakyatnya bersepakat untuk memilih La Tenribali sebagai raja mereka dan mendirikan kerajaan baru yaitu Wajo. Raja baru tersebut bergelar bergelar Batara Wajo. Secara berturut-turut kerajaan Wajo dipimpin oleh La Tenribali Batara Wajo I (bekas arung Cinnotabi V), kemudian La Mataesso Batara Wajo II dan La Pateddungi Batara Wajo III.
Pada masa kepemimpinan La Pateddungi Batara Wajo III, krisis terjadi yang pada akhirnya mengakibatkan Batara Wajo III terbunuh. Kekosongan kekuasaan dimasa itu menyebabkan lahirnya perjanjian La Paddeppa yang berisi hak-hak kemerdekaan Wajo. Setelah lahirnya perjanjian tersebut, gelar raja Wajo berubah dari Batara Wajo menjadi Arung Matowa Wajo. Hal ini terus berlanjut sampai pada berakhirnya masa kerajaan yaitu disaat Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk.

KONFLIK ANTAR KERAJAAN
Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan kerajaan Soppeng serta kerajaan Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan.
Kerajaan Bone memperluas wilayahnya hingga bertemu dengan wilayah kerajaan Gowa di Bulukumba. Sementara di wilayah utara, kerajaan Bone bertemu dengan kerajaan Luwu di Sungai Walennae. Disaat yang sama, secara perlahan kerajaan Wajo juga melakukan perluasan wilayah. Demikian pula dengan kerajaan Soppeng yang juga melakukan ekspansi ke arah barat sampai ke daerah Barru.
Peperangan antara kerajaan Luwu dan Bone dimenangkan oleh kerajaan Bone. Untuk mempertahankan posisinya, kerajaan Luwu membangun aliansi dengan kerajaan Wajo kemudian menyerang beberapa daerah kerajaan Bone dan Sidenreng.
Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai oleh kerajaan Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Kerajaan Wajo kemudian bergesekan dengan kerajaan Bone.
Invasi kerajaan Gowa kemudian merebut beberapa daerah kerajaan Bone serta menaklukkan kerajaan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut “Tellumpoccoe”.

Contoh pakaian tradisional pasukan Bugis-Makassar

PENYEBARAN ISLAM
Pada awal abad ke-17, penyiar agama Islam dari Minangkabau tiba di Sulawesi Selatan atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo, Suleiman (Datuk Patimang) yang menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.

Sultan Iskandar Muda dari Aceh

KOLONIALISME BELANDA
Pada pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara kerajaan Gowa dengan VOC yang menyebabkan terjadinya beberapa kali pertempuran.
Akibat penahanan Arumpone di kerajaan Gowa, La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka (seorang Bugis asal Bone) melakukan perlawanan terhadap Gowa. Arung Palakka didukung oleh Turatea, yaitu sebuah kerajaaan kecil Makassar yang berkhianat terhadap kerajaan Gowa. Sementara disisi kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin didukung oleh menantunya La Tenri Lai Tosengngeng Arung Matowa Wajo, Maradia Mandar, dan Datu Luwu. Perang yang dahsyat mengakibatkan banyak korban dipihak Gowa dan sekutunya. Kekalahan Gowa mengakibatkan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya yang merugikan kerajaan tersebut.


La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka

Sultan Hasanuddin (I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape)
Pernikahan Lapatau dengan putri Datu Luwu, Datu Soppeng, dan Somba Gowa adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan. Setelah pertalian tersebut, tidak ada lagi perang yang besar sampai pada tahun 1905-1906.
Setelah perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan, masyarakat Bugis dan Makassar takluk ditangan Belanda.
Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan Korte Veklaring, yaitu perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan yang sempat lowong setelah penaklukan. Kerajaan tidak lagi berdaulat, tapi hanya sekedar perpanjangan tangan kekuasaaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, sampai kemudian muncul Jepang yang menggeser Belanda hingga berdirinya NKRI.

MASA KEMERDEKAAN
Para raja-raja di Nusantara mendapat desakan oleh pemerintahan Orde Lama (Soekarno) untuk membubarkan kerajaan mereka dan melebur kedalam wadah NKRI.
Pada tahun 1950-1960an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan pemberontakan. Pemberontakan ini mengakibatkan banyak orang Bugis yang meninggalkan kampung halamannya.
Pada zaman Orde Baru, budaya periferi seperti budaya di Sulawesi, benar-benar dipinggirkan sehingga semakin terkikis. Sekarang generasi muda Bugis dan Makassar adalah generasi yang lebih banyak mengkonsumsi budaya material sebagai akibat modernisasi, kehilangan jati diri akibat pendidikan pola Orde Baru yang meminggirkan budaya mereka.
Seiring dengan arus reformasi, muncullah wacana pemekaran. Daerah Mandar membentuk propinsi baru yaitu Sulawesi Barat dan kabupaten Luwu terpecah menjadi tiga daerah tingkat dua. Selain itu banyak kecamatan dan desa/kelurahan juga dimekarkan.


Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno
MATA PENCAHARIAN
Masyarakat Bugis tersebar di daerah pesisir dan dataran rendah yang subur, oleh sebab itu kebanyakan dari mereka hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati oleh orang Bugis adalah berdagang, menjadi birokrat di pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

PEROMPAK
Sejak Perjanjian Bongaya yang menyebabkan jatuhnya Makassar ke tangan kolonial Belanda, orang-orang Bugis dianggap sebagai sekutu bebas pemerintahan Belanda yang berpusat di Batavia.
Jasa yang diberikan oleh Arung Palakka (seorang Bugis asal Bone) kepada pemerintah Belanda, menyebabkan masyarakat Bugis memperoleh kebebasan bergerak yang lebih besar. Namun kebebasan ini disalahgunakan oleh sebagian orang Bugis untuk menjadi perompak yang mengganggu jalur niaga Nusantara bagian timur.
Armada perompak Bugis merambah seluruh kepulauan Indonesia. Mereka bercokol di dekat Samarinda dan menolong sultan-sultan Kalimantan di pantai barat dalam peperangan internal mereka. Perompak-perompak ini juga menyusup ke Kesultanan Johor dan mengancam Belanda di benteng Malaka.

Perahu tradisional Bugis-Makassar “Phinisi”

SERDADU BAYARAN
Selain sebagai perompak, karena jiwa merantau dan loyalitasnya terhadap persahabatan, orang-orang Bugis terkenal sebagai serdadu bayaran.
Sebelum terjadinya konflik terbuka, orang-orang Bugis adalah salah satu serdadu Belanda yang setia. Mereka banyak membantu Belanda, yakni saat pengejaran Trunojoyo di Jawa Timur, penaklukan pedalaman Minangkabau melawan pasukan Paderi, serta membantu orang-orang Eropa ketika melawan Ayuthaya di Thailand.
Orang-orang Bugis juga terlibat dalam perebutan kekuasaan dan menjadi serdadu bayaran Kesultanan Johor, ketika terjadi perebutan kekuasaan melawan para pengelana Minangkabau pimpinan Raja Kecil.

BUGIS PERANTAUAN
Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas dan wilayah perantauan mereka pun hingga ke Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah area pemukiman yang bernama Maccassar, sebagai tanda bagi penduduk setempat untuk mengingat tanah asal nenek moyang mereka.

PENYEBAB MERANTAU
Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik antara sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyak orang Bugis yang bermigrasi, terutama bagi mereka yang bermukim di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan.

BUGIS DI KALIMANTAN TIMUR
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi Perjanjian Bongaya, tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda. Diantara mereka ada yang hijrah ke pulau-pulau lain seperti ke daerah Kesultanan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian dengan Raja Kutai, rombongan tersebut diberikan lokasi disekitar kampung Melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha pertanian, perikanan dan perdagangan. Namun sesuai perjanjian, orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
Semua rombongan Lamohang Daeng Mangkona memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili Seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah tersebut berarus putar (berulak) dan terdapat banyak kotoran sungai.

BUGIS DI SUMATERA DAN SEMENANJUNG MALAYSIA
Setelah VOC menguasai kerajaan Gowa dipertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang sebelumnya menduduki jabatan di kerajaan Gowa, bersama dengan orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Disana mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini banyak raja-raja di Johor yang merupakan keturunan Makassar.


Referensi
1. ^ Indonesia’s Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 13 September 2003. ISBN 9812302123.
2. ^ http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=YURIL3c%3D= Situs Raja Ali Haji
3. ^ Naim, Mochtar. Merantau.
4. ^ Vlekke, Bernard H.M.. Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 263.
5. ^ Vlekke, Bernard H.M.. Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 200.
6. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kamis, 17 November 2011

TEORI - TEORI MOTIVASI

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.

Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.

● TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

-Aktualisasi diri
-Penghargaan
-Sosial
-Keamanan
-Faali

• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)

• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)

• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)

• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

● TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

● TEORI MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR

Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer.

a.karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja.

b.karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

c.Karyawan akan menghindari tanggung jawab.

d.Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori y:

a.karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.

b.Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.

c.Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.

d.Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

● TEORI MOTIVASI VROOM (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

● Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961),
yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur)

● Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.

MOTIVASI

Posted by:Andy Putery Nia

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah:

Alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat.

Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.

Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK

Poster by: andy Putery Nia

Penyelesaian Konflik dalam Organisasi
Pengertian Konflik:

Para pakar ilmu perilaku organisasi, memang banyak yang memberikan definisi tentang konflik. Robbins, salah seorang dari mereka merumuskan Konflik sebagai : “sebuah proses dimana sebuah upaya sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain dalam berbagai bentuk hambatan (blocking) yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya mancapai tujuan yang diinginkan atau merealisasi minatnya”. Dengan demikian yang dimaksud dengan Konflik adalah proses pertikaian yang terjadi sedangkan peristiwa yang berupa gejolak dan sejenisnya adalah salah satu manifestasinya.

Lebih jauh Robbins menulis bahwa sebuah konflik harus dianggap sebagai “ada” oleh fihak-fihak yang terlibat dalam konflik. Dengan demikian apakah konflik itu ada atau tidak ada, adalah masalah “persepsi” dan bila tidak ada seorangpun yang menyadari bahwa ada konflik, maka dapat dianggap bahwa konflik tersebut memang tidak ada.

Tentu saja ada konflik yang hanya dibayangkan ada sebagai sebuah persepsi ternyata tidak riil. Sebaliknya dapat terjadi bahwa ada situasi-situasi yang sebenarnya dapat dianggap sebagai “bernuansa konflik” ternyata tidak dianggap sebagai konflik karena nggota-anggota kelompok tidak menganggapnya sebagai konflik. Selanjutnya, setiap kita membahas konflik dalam organisasi kita, konflik selalu diasosiasikan dengan antara lain, “oposisi” (lawan), “kelangkaan”, dan “blokade”.
Di asumsikan pula bahwa ada dua fihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya tidak saling menunjang. Kita semua mengetahui pula bahwa sumberdaya dana, daya reputasi, kekuasaan, dan lain-lain, dalam kehidupan dan dalam organisasi tersedianya terbatas. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap unit dalam organisasi akan berusaha memperoleh semberdaya tersebut secukupnya dan kelangkaan tersebut akan mendorong perilaku yang bersifat menghalangi oleh setiap pihak yang punya kepentingan yang sama. Fihak-fihak tersebut kemudian bertindak sebagai oposisi terhadap satu sama lain. Bila ini terjadi, maka status dari situasi dapat disebut berada dalam kondisi “konflik”. Bila kita mempersempit lingkungan organisasi maka dua orang pakar penulis dari Amerika Serikat yaitu, Cathy A Constantino, dan Chistina Sickles Merchant mengatakan dengan kata-kata yang lebih sederhana, bahwa konflik pada dasarnya adalah: “sebuah proses mengekspresikan ketidak puasan, ketidak setujuan, atau harapan-harapan yang tidak terealisasi”. Kedua penulis tersebut sepakat dengan Robbins bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses.

Berbagai Bentuk Manifestasi Konflik.

Konflik yang terjadi dalam masyarakat ata dalam sebuah organisasi dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk atau cara :

a) Perselisihan (Dispute): bagi kebanyakan orang awam, kata konflik biasanya diasosiasikan dengan “dispute” yaitu “perselisihan” tetapi, dalam konteks ilmu perilaku organisasi, “perselisihan” sebenarnya sudah merupakan salah satu dari banyak bentuk produk dari konflik.Dispute atau perselisihan adalah salah satu produk konflik yang paling mudah terlihat dan dapat berbentuk protes (grievances), tindakan indispliner, keluhan (complaints), unjuk rasa ramai-ramai , tindakan pemaksaan (pemblokiran, penyanderaan, dsb.), tuntutan ataupun masih bersifat ancaman atau pemogokan baik antara fihak internal organisasi ataupun dengan fihak luar adalah tanda-tanda konflik yang tidak terselesaikan.

b) Kompetisi (persaingan) yang tidak sehat. Persaingan sebenarnya tidak sama dengan konflik. Persaingan seperti misalnya dalam pertandingan atletik mengikuti aturan main yang jelas dan ketat. Semua pihak yang bersaing berusaha memperoleh apa yang diinginkan tanpa di jegal oleh pihak lain. Adanya persaingan yang sangat keras dengan wasit yang tegas dan adil, yang dapat menjurus kepada perilaku dan tindakan yang bersifat menjegal yang lain.

c) Sabotase adalah salah satu bentuk produk konflik yang tidak dapat diduga sebelumnya. Sabotase seringkali digunakan dalam permainan politik dalam internal organisasi atau dengan pihak eksternal yang dapat menjebak pihak lain. Misalnya saja satu pihak mengatakan tidak apa-ap, tidak mengeluh, tetapi tiba-tiba mengajukan tuntutan ganti rugi miliaran rupiah melalui pengadilan.

d) Insfisiensi/Produktivitas Yang Rendah. Apa yang terjadi adalah salah satu fihak (biasanya fihak pekerja) dengan sengaja melakukan tindakan-tindakan yang berakibat menurunkan produktivitas dengan cara memperlambat kerja (slow-down), mengurangi output, melambatkan pengiriman, dll. Ini adalah salah satu dari bentuk konflik yang tersembunyi (hidden conflic) dimana salah satu fihak menunjukan sikapnya secara tidak terbuka.

e) Penurunan Moril (Low Morale). Penurunan moril dicerminkan dalam menurunnya gairah kerja, meningkatnya tingkat kemangkiran, sakit, penurunan moril adalah juga merupakan salah satu dari produk konflik tersembunyi dalam situasi ini salah satu fihak, biasanya pekerja, merasa takut untuk secara terang-terangan untuk memprotes fihak lain sehingga elakukan tindakan-tindakan tersembunyi pula.

f) Menahan/Menyembunyikan Informasi. Dalam banyak organisasi informasi adalah salah satu sumberdaya yang sangat penting dan identik dengan kekuasaan (power). Dengan demikian maka penahanan/penyembunyian informasi adalah identik dengan kemampuan mengendalikan kekuasaan tersebut. tindakan-tindakan seperti ini menunjukkan adanya konflik tersembunyi dan ketidak percayaan (distrust).

Manajemen Konflik Yang Efektif

Manajemen konflik dimaksudkan sebagai sebuah proses terpadu (intergrated) menyeluruh untuk menetapkan tujuan organisasi dalam penanganan konflik, menetapkan cara-cara mencegahnya program-program dan tindakan sebagai tersebut maka dapat ditekankan empat hal :

a) Pertama, manajemen konflik sangat terkait dengan visi, strategi dan sistem nilai/kultur organisasi manajemen konflik yang diterapkan akan terkait erat dengan ketiga hal tersebut.

b) Kedua, menajemen konflik bersifat proaktif dan menekankan pada usaha pencegahan. Bila fokus perhatian hanya ditujukan pada pencarian solusi-solusi untuk setiap konflik yang muncul, maka usaha itu adalah usaha penanganan konflik, bukan manajemen konflik.

c) Ketiga, sistem manajemen konflik harus bersifat menyeluruh (corporate wide) dan mengingat semua jajaran dalam organisasi. Adalah sia-sia bila sistem manajemen konflik yang diterapkan hanya untuk bidang Sumberdaya Manusia saja misalnya.

d) Keempat, semua rencana tindakan dan program-program dalam sistem manajemen konflik juga akan bersifat pencegahan dan bila perlu penanganan. Dengan demikian maka semua program akan mencakup edukasi, pelatihan dan program sosialisasi lainnya.

JENIS-JENIS KONFLIK DAN SUMBER KONFLIK

Posted by:Andy Putery Nia

JENIS-JENIS KONFLIK
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :

1. Konflik dalam diri individu Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
3. Konflik antar individu dan kelompok seringkali berhubungan dengan cara individumenghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi.Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja.
5. Konflik antar organisasi konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.


SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KONFLIK

Setelah mengapa ada konflik, biasanya ada sumber-sumber yang menjadikan konflik tersebut muncul, secara umum biasanya terjadi karena tersebut dibawah ini:

1. Adanya aspirasi yang tidak ditampung.
2. Saling ketergantungan tugas.
3. Ketergantungan satu arah.
4. Ketidakpuasan, perasaan ketidakadilan.
5. Distorsi komunikasi.
6. Tidak ada pedoman.
7. Aturan yang kurang jelas.
8. Kurang transparannya beberapa hal

PENGERTIAN KONFLIK

Posted by:Andy Putery Nia,Thursday 11-nov-2011

PENGERTIAN KONFLIK:

Konflik berasal dari kata Conligere (bahasa latin) yang berarti menyerang bersama-sama. Menurut Mitchell ( 1981) Konflik adalah: Sebuah situasi dalam mana dua atau lebih orang saling mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya tetapi hanya salah satu yang berhasil mencapainya.
Menurut James A. Schellenberg (1966) Konflik adalah situasi dimana Individu atau kelompok yang lain dalam rangka merebut sesuatu yang dikehendaki berdasarkan pada persaingan kepentingan-kepentingan karena perbedaan identitas atau sikap.
Menurut Louis Kiesberg (1988) Konflik sosial adalah fenomena umum yaitu hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok ) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan.

TEORI RESOLUSI KONFLIK:

Resolusi konflik menekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik. Resolusi konflik juga berupaya menciptakan suatu mekanisme penyelesaian konflik secara komprehensif dalam tiap-tiap tahap eskalasi konflik. Pada intinya, teori resolusi konflik mengedepankan prinsip-prinsip bahwa:

1) konflik tidak dapat dipandang sebagai suatu fenomena politik-militeristik namun juga harus dilihat sebagai suatu fenomena social.

2) konflik memiliki suatu siklus hidup yang tidak berjalan linear, sangat bergantung pada dinamika lingkungan konflik.

3) sebab-sebab konflik tidak dapat direduksi ke dalam suatu variabel tunggal dalam bentuk suatu proposisi kausalitas bivariat melainkan harus dilihat sebagai fenomena yang terjadi karena interaksi bertingkat berbagai factor.

4) resolusi konflik hanya diterapkan secara optimal jika dikombinasikan dengan beragam mekanisme penyelesaian konflik lain yang relevan.

Perang sebagai alternatif terakhir untuk menyelesaikan konflik dan wajibnya digali alternatif-alternatif resolusi konflik dengan cara damai, menjadi dua prinsip utama kaum "peace researcher" yang berupaya mengembangkan beragam mekanisme resolusi konflik. Salah satu pemikir teori resolusi konflik adalah John Burton yang mengembangkan kategori baru untuk resolusi konflik yang dikenal sebagai problem-solving approach. Menurut Burton, konflik tidak dapat diselesaikan dengan kekuatan bersenjata dan juga dengan negosiasi antarpihak yang bertikai. Resolusi konflik tidak berakhir di merja negosiasi namun merupakan suatu proses untuk menciptakan suatu struktur baru yang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Upaya menciptakan institusi yang efektif untuk menyelesaikan konflik dilakukan dengan dua cara:

1) mengembangkan prosedur resolusi konflik (conflict prevention, conflict management, conflict resolution and conflict provention) yang di dalamnya terdapat upaya untuk mengembangkan proses fasilitasi, merancang strategi keterlibatan pihak ketiga, memulai proses perubahan struktural yang diperlukan untuk menghilangkan sebab-sebab fundamental konflik.

2) memulai perubahan struktural dengan mengidentifikasi potensi kekerasan struktural (structural violence) yang terdapat dalam sistem dan kemudian dapat dirancang solusi-solusi yang mungkin diterapkan untuk menghilangkannya. Proses merancang solusi tersebut akan memaksa negara untuk secara kolektif mengeksplorasi cara-cara non-kekerasan untuk menyelesaikan sengketa dan menempatkan instrumen perang sebagai alternatif terakhir.

TEORI ORGANISASI INTERNASIONAL:

Organisasi Internasional menurut S, Cheevers dan H. Field Haviland, Jr KESAWAN buku Organisasi Internasional di World Affairs, mengemukakan bahwa: "setiap institude pengaturan kooperatif antara negara-negara ussully oleh kesepakatan dasar, untuk melakukan beberapa fungsi yang saling menguntungkan melaksanakan melalui rapat berkala dan staf kegiatan.

Boer Mauna dalam bukunya Hukum Organisasi international, menegaskan “Organisasi Internasional adalah suatu perhimpunan Negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mancapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri".

PERAN DAN FUNGSI ORGANISASI INTERNASIONAL:

Peran organisasi Internasional dalam politik dan hubungan Internasional telah lama diakuai oleh masyarakat internasional baik yang terdiri Negara-negara maupun non Negara sebagai wadah dalam memecahkan masalah-masalah bersama. Menurut Le Roy Bennet, peranan OI dapat dikategorikan sebagai:

1). Arena, yaitu tempat bertemunya bagi anggota-anggotanya untuk membicaakan masalah bersama.
2). Instrumen, yakni keberadaan suatu Organisasi Internasional sering digunakan oleh Negara-negara untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka kepentingan nasionalnya.
3). Aktor independen, sebagian besar Organisasi Internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi kekuasaan dari luar Organisasi internasional yang bersangkutan.
Dengan adanya teori organisasi internasional penulis menggambarkan PBB (perserikatan bangsa-bangsa) sebgaai objek dari organisasi Internasional dan akan melihat sejauh mana fungsi PBB dalam peyelesaiaan konflik antara Palestina dan Israel.