Total Tayangan Halaman

Selasa, 06 Desember 2011

TEMPAT PARIWISATA TERKENAL DAN MENARIK DI SULAWESI SELATAN


Sulawesi dikenal dengan nama Celebes adalah sebuah pulau yang indah permai dengan luas tanah 227 ribu kilometer persegi lebih kecil dibandingkan dengan gabungan  daratan England dan Scotland, bentuknya mirip seperti bunga anggrek dengan jazirah-jazirah yang panjang serta pipih.
Tidak ada titik daratan yang lebih dari 90 km dari pantai. Menjadikan pulau itu mempunyai garis pantai yang panjang kebanyakan  daratannya tampak bergunung-gunung. Kornbinasi dari kedua wajah yang demikian itu menghamparkan berbagai pemandangan yang sungguh rnernpesona baik di pantai demikian juga di daerah ketinggian.Secara geografis Selat Sulawesi (Makassar) dikenal sebagai daerah batas dari garis Wallace, mengisahkan dua satuan margasatwa vang berbeda, yaitu bagian timur dan bagian barat Indonesia.

Jenis flora dan fauna dari pulau ini adalah spesifik seperti kayu ebony, babi, rusa dan burung butung maleo yang berwarna warni dengan telurnya yang besar.Sekitar 30.000 tahun silarn pulau ini telah dihuni oleh manusia.
Penentuan tahun dari Japisan masa silarn yang tertua ditemukan di gua-gua dekat bukit kapur dekat Maros, sekitar 30 km sebelah timur laut dan Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Kernungkinan lapisan budaya yang tua berupa alat batu Peeble dan flake telah dikumpulkan dari teras sungai di lembah Walanae, diantara Soppeng dan Sengkang, termasuk tulang-tulang babi raksasa dan gajah-gajah yang telah punah.Selarna masa keemasan perdagangan rempah-rempah, diabad ke-15 sampai ke-19, Sulawesi Selatan berperan sebagai pintu Gerbang ke kepulauan Maluku, tanah penghasil rempah.

Kerajaan Gowa dan Bone yang perkasa memainkan peranan penting tampak didalam sejarah Kawasan Timur Indonesia dimasa Ialu.Penduduk Sulawesi Selatan terdiri atas empat suku bangsa utama. Suku bangsa Toraja terkenal mempunyai budaya spesifik, bernuansa religius tampak pada upacara-upacara kematian, rumah tradisional dengan atapnya melengkung, ukiran yang cantik dan warna yang alami. Suku bangsa Makassar, Bugis dan Mandar terkenal sebagai pelaut patriotik baik dimasa perang maupun dimasa damai. Dengan perahu layar tradisionalnya mengarungi lautan kepulauan Indonesia sampai kebagian utara Australia, beberapa pulau di samudera Pasifik sampai kepantai Afrika. Latar belakang geografis, prasejarah dan sejarah Sulawesi Selatan telah melahirkan unsur budaya yang menarik. Seseorang dapat mengamati, menikmati dari pengalarnan pada keunikan budayanya dan hanya diternukan didaerah ini, termasuk didalamnya upacara-upacara, tari-tarian, seni ukir, tenunan cantik yang ditenun dari bahan benang kapas dan sutera dan pemandangan alam tropis yang sangat menakjubkan.

Kunjungan wisatawan pada tahun 1997 ? 1998 meskipun mengalami penurunan yang cukup drastis akibat faktor instabilitas politik dan keamanan, namun pada periode 2000 - 2001 kunjungan wisatawan mancanegara telah mengalami kenaikan secara signifikan sebesar + 13,4 % dengan lama tinggal rata - rata lima sampai enam hari.

Akomodasi Wisata- Hotel berbintang 42 buah dengan jumlah kamar 4181 kamar
- Hotel non bintang 408 buah dan jumlah kamar 3898 kamar
- Biro perjalanan/agen perjalanan wisata sebanyak 325 buah
- Tenaga kerja di bidang pariwisata sejumlah 6.296 orang
- Toko cenderamata/industri periwisata sebanyak 66 buah

Potensi Pariwisata Sulsel Tempat wisata yang menarik Makassar :- Benteng Ujung pandang ( Fort Rotterdam)
- Pelabuhan Paotere
- Kebun Anggrek Bundda Koleksi Kerang Laut
- Makam Diponegoro
- Pulau Samalona
- Pulau Barang Lompo
- Pulau Kayangan
- Barombong

Potensi Pariwisata Sulsel Kabupaten Gowa- Kompleks Istana/ Museum Balla Lompoa
- Makam Sultan Hasanuddin
- Makam Syech Yusuf
- Benteng Somba Opu
- Mesjid Tua Katangka
- Mesjid Agung Syech Yusuf
- Dam Bili-Bili
- Air Terjun Takapala
- Perkebunan Teh
- Hutan Wisata Malino
- Perkebunan Markisa
- Upacara Adat Accera Kalompoang

Potensi Pariwisata Sulsel Kabupaten Maros- Air Terjun Bantimurung
- Goa Mimpi
- Taman Purbakala Leang-leang
- Taman Purbakala Subang Bita
- Pulau Kapopo?ang
- Pare- Pare :
- Permandian Lumpue
- Wisata Laut Ujung Lero
- Pinrang :
- Irigasi saddang PLTA Bakaru
- Enrekang :
- Buttu Kabobong
- Puncak Lakawan
- Sungai Sa?dang

Potensi Pariwisata Sulsel Kabupaten Tana Toraja- Kota makale
- Rante Pao
- Kuburan Batu Lemo
- Kuburan Sisi Batu Karang Londa
- Suaya Kuburan Raja-raja Sangalla
- Sangalla
- Ke?te Ke?su
- To?Barana Sa?dang
- Palawa - Karassik
- Marante - Tondon
- Batutumonga - Lokomata
- Makula - Bori?
- Buntu Kalando - Ponania

Potensi Pariwisata Sulsel Kabupaten Bulukumba- Pantai Bira
- Kajang

Kabupaten Bone :
- Makam Raja Abad ke XVII
- Makam Raja Gowa

Soppeng :
- Permandian Alam Lejja

Kabupaten Wajo :
- Perkampungan Nelayan Terapung
- Salo Tengngae
- Binatang Liar Biawak
Potensi Pariwisata Sulsel Kabupaten Selayar- Gong Raksasa (Nekara Tua)
- Wisata Taka Laut Bone Rate

Kabupaten Polmas :
- Buntu Balla
- Buntu Kasisi
- Balla Peu

PIZZA ALA MANDAR (JEPA-JEPA)


Ada yang tau jepa di sini? Setidaknya bisa difahami kalau kalian tidak mengerti.
Kalau pizza pasti tahukan? Atau ada yang belum belum pernah dengar istlah Pizza?
Kalau “Ya”, I want to explaint to you about that. Pizza adalah sejenis roti bundar, pipih yang dipanggang di oven dan biasanya dilumuri saus tomat serta keju dengan bahan makanan tambahan lainnya yang bisa dipilih. Keju yang dipakai biasanya mozzarella atau “keju pizza”.
Jenis bahan lain juga dapat ditaruh di atas pizza, biasanya daging dan saus, seperti salami dan pepperoni, ham, bacon, buah seperti nanas dan zaitun, sayuran seperti cabe dan paprika, dan juga bawang bombay, jamur dan lain lain.
Ummmm… delicius. Rasanya mantap tuh buat  ngisi perut.

Wah, dimana kita? Kok kita jadi ngebahas masalah Pizza sih. Kitakan di sini buat bahas Jepa.
Ada yang tahu tidak, Jepa itu apa? Ya, benar. Jepa itu adalah makanan khas daerah Mandar, Mandar adalah salah satu suku di Indonesia yang mendiami sebagian besar atau bisa disebut seluruh wilayah Sulawesi Barat. Nah… jepa ini dari segi bentuk tidak jauh berbeda dengan pizza yang kita baas tadi. Bentuknya sama-sama bulat. Makanya jangan heran jika Anda mendengar orang menyebut Jepa sebagi Pizza ala Mandar (bahasa Mandar:Pitzana to Mandar). Salah satu perbedaan mendasar antara Jepa dengan Pizza ini adalah Jepa terbuat dari bahan dasar singkong (ada juga yang menggunakan sagu tapi jarang), sedakan Pizza sendiri dibuat dengan bahan dasar gandum. Dan hal yang mendasar yang membedaknan antara Jepa dan Pizza adalah bahwa Jepa itu lebih enak dari pada Pizza (kata orang Mandar),apa lagi kalau makannya sambil ditemani tuin tuing (ikan terbang bakar).
Layaknya Pizza, jepa juga ada bermacam-macam rasa. Ada jepa-jepa, jepa ni gollai, jepa ni anjoroi, dll. Bahkan ada jepa yang baan dasarnya dari sagu.


Untuk membuat jepa dari bahan singkong tidaklah mudah. Butuh perjuangan yang berat, mula-mula lameayu (singkong) dikupas dari kulitnya, kemudian singkong yang sudah dibersihkan tadi diparut menunakan paru` (alat parut yang terbuat dari papan yang bertabur denga duri-duri dari kawat kecil). Lalu hasil parutan tersebut di bungkus dengan menggunkan karung dan diikat sekuat-kuatnya.
Nah, setelah itu singkong parutan yang sudah dibungkus dengan karung tadi sekarang akan diperas dengan mengunakan pangepean (alat peras dengan sistem tuas ala Mandar). Pangepean ini yang saya tahu hanya ada di Mandar lho! Alat yang unik ini begitu bermanfaat di tanah Mandar ini, selain untuk membuat jepa, pangepean juga digunakan untuk membuat minyak kelapa tadisional.

Setelah ko`da (air yang terkandung di dalam singkong) telah habis terbuang pada proses pemerasan. Maka singkong tersebut kemudian dipisahkan dari singkon yang masih beukuran agak besar (singkog yang pada proses pemarutan tidak diparut secara sempurna) dengan soro-soro` (sejenis tapis dari bambu yang ukurannya sedikit lebih kecil dari tempayang. Kini singkong halus dan lembutpun didapatkan.
Selanjutnya adalah proses pemasakan. Untuk memasak Jepa membutuhkan alat masak khsus, yaitu sepasang panjepangan (terbuat dari tanah liat menyerupai piring atau mangkuk yang lebar). Panjepangan ada dua ukuran yaitu ukuran kecil dan besar. Tapi pada umumnya orang mandar banyak menggunakan yang kecil, karena yang besar hanya digunakan untuk membuat jepa-jepa (jepa yang dibuat tipis dan dikeringkan sehinnga lebih mirip dengan kerupuk). Biasanya jepa-jepa disimpang sebagai persediaan makanan jangka panjang.
Selain panjepangan, alat yang biasanya digunakan adalah sekor. Sejenis gayung dari dari tempurung kelapa dengan lengan dari bambu. Alat ini digunakan untuk menakar lameayu yang akan dimasak dan meratakan lameayu dalam panjepangan.
Pertama-tama, sepasan panjepangan dipananskan (bagusnya menggunakan kayu bakar). Kemuian lameayu ditakar mengunakan sekor dan diratakan di atas panjepangan yang panas, kemudia ditindis lagi menggunakan panjepangan yang lain yang sudah dipanaskan. Tunggu hingga lameyu menjadi menyatu sama lain (tidak terhambur lagi). Dan proses memasak pun selasai.

Kadang-kadang orang Mandar mebuat jepa degan taburan kelapa di atasnya, dan yang menurut penulis, yang paling enak itu adalah jepa ni gollai. Jepa yang di tenganya ada gula yang kental.
Sekedar untuk diketahui pembaca adalah bahwa jepa adalah makanan pokok masyaakay Mandar dari dulu. Tapi sekaran, karena sulitnya mendapatkan singkong dan anak mudah sudah kurang tertarik dengan itu. Maka penjual jepa semakin berkurang. Seolah-olah jepa telah dilupakan.

DANGE


Dange, bagi sebagian besar orang Bugis sudah mengetahui makanan yang satu ini. Selain nikmat disajikan dengan makanan jenis lain, juga tahan lama dan bisa menjadi alternatif bagi penderita diabetes. Namun saya akan menceritakan makanan ini dalam pengalaman saya.


Merupakan makanan tradisional masyarakat Bugis, terutama yang di daerah Luwu. Sudah menjadi santapan sehari-hari masyarakat Luwu menikmati makanan satu ini. Biasanya di acara keluarga atau acara tudang sipulung (ramah tamah) selalu dange dan makanan tradisional lain menyertai.
Dange yang kaya karbohidrat tersebut merupakan makanan pokok sebagian masyarakat jaman dulu, yang kadar gulanya sangat rendah ketimbang nasi. Makanya beberapa penderita diabetes akhirnya menjadikan dange sebagai bahan terapi untuk mengurangi konsumsi nasi yang kadar gulanya cukup tinggi. Silahkan bagi anda yang bermasalah dengan gula, dan dilarang dokter makan nasi, bisa merasakan nikmatnya dange ini.

                                                makan dange dengan ikan parede

Makanan ini berbahan dasar dari sagu, dibuat di atas tungku dengan menggunakan kotak yang bisa memasukkan tepung sagu sehingga terbentuk kotak-kotak tipis. Dimasak beberapa lama, sampai terlihat sudah berwarna abu-abu dan terlihat sudah melekat butiran-butiran sagunya.
Bagi anda yang pertama kali makan, dange tentunya akan terasa asing di lidah dan saat dikunyah seperti makan biskuit yang masih terasa butir-butir tepungnya. Yah seperti orang bule makan nasi yang kebiasaan makan roti itu contohnya:
Dange yang enak menurut saya adalah dange yang tidak lembek dan tidak keras. Biasanya tergantung cara memasaknya, dan memang harus ahli. Setelah dimasak perlu proses beberapa hari untuk mengeraskannya. Kalau sehabis dimasak di tungku, masih lembek panas dan seperti kue ketika masuk di mulut, ditambah gula jadi maknyus juga. Dange buatan tante saya (saudara tertua ibu saya) merupakan dange yang paling enak. Waktu kecil saya sering memperhatikan tante saya itu bikin dange, namun sayang sekarang sudah tidak membuatnya lagi, cukup membeli di tetangga.

Kalau sudah menemukan dange, saya tidak makan nasi lagi, terasa makyus sudah dalam lidah, bercampur dengan ikan bakar, parede (ikan yang dimasak spesial, asli Luwu juga), atau lawa atau pacco (seperti susi, ikan yang ngak dimasak tapi cuman dikasih cuka dan kelapa parut goreng) dan berbagai jenis lauk-pauk orang-orang Luwu.

Dange biasanya diseduh dengan kuah ikan, atau kuah sayuran, untuk mengurangi kerasnya dange ketika dimakan, dipotong kecil-kecil dan dimasukan ke mulut bersama potongan ikan dan sayuran. Paling enak dengan menggunakan kuah kapurung massido… marasamapappe.
Dange dapat bertahan berbulan-bulan, tidak ada istilah basi buat dange ini. Cerita orang tua dahulu kala ketika terjadi pergolakan pemberontakan Kahar Muzakkar, dange merupakan makanan pokok yang disimpan dalam tanah untuk bertahan berbulan-bulan dalam hutan. Menghindari para gerombolan pemberontak.

Senin, 05 Desember 2011

CIRI KHAS MASAKAN ORANG BUGIS

                                                          Lawa’ Bale (Ala sushi bugis)

Lawa' Bale, mungkin bagi sebagian orang kedengarannya masih asing. Lawa Bale adalah sejenis makanan khas bugis yang berbahan pokok ikan segar mentah.
Bale artinya Ikan dalam bahasa indonesia.
Dimakan dalam keadaan mentah seperti halnya sushi dari Negeri Jepang. Makanan ini dapat kita jumpai di daerah Bugis, salah satunya di kabupaten Bone.

Lawa Bale ini terdiri dari ikan mentah yang sudah dibersihkan dan dipisahkan dari tulang dan kepalanya. Kemudian dicampur dengan parutan kelapa yang sudah di olah. Dan diberi garam serta tetesan jeruk nipis atau cuka sebagai penetrasi rasa ikannya. Dapat pula ditambahkan sedikit bawang goreng untuk menambah aroma. Ini hanya sebagian dari cara pembuatan Lawa' Bale yang sering dikomsumsi oleh sebagian besar masyarakat suku Bugis.

Makanan yang khas dan spesial ini tidak banyak dijumpai di daerah lain. Jadi, untuk menikmatinya, jalan jalan yuk ke Sulawesi selatan. Sembari menikmati berbagai makanan khas Sulawesi Selatan termasuk Lawa' Bale ini. Saya sendiri yang sekarang sedang merantau sangat merindukan cita rasa dari makanan ini. Dikala saya kembali ke kampung halaman, saya (orang Bugis) dan istri (orang jawa sunda), langsung mencari cari yang namanya Lawa' Bale.

Jadi, Sebagai orang Indonesia pada umumnya dan orang Bugis pada khususnya, Kami merasa tidak kalah dengan makanan jepang yang ada sushinya. Toh di indonesia juga ada Lawa' Bale yang sama sama dari ikan mentah. hehehe....

Ini adalah salah satu kekayaan kuliner di negeri kita yang harus dijaga kelestariannya. Meskipun tradisional, namun tetap memiliki cita rasa tinggi.


Selamat menikmati Lawa' Balenya....

CIRI KHAS MUSIK TRADISIONAL SULAWESI SELATAN

Musik tradisional Sulawesi Selatan banyak macamnya, diataranya adalah :
a. Alosu : alat musik yang berupa kotak anyaman dari daun kelapa yang didalamnya di isi biji bijian.
b. Anak Becing : alat musik yang terbuat dari batang logam, bentuknya seperti pendayung.
c. Basi-Basi : sejenis alat tiup terompet yang dipasang rangkap.
d. Popondi : alat musik yang terbuat dari kayu yang berbentuk busur seperti tanduk kerbau atau tanduk sapi yang bertumpu pada sebuah tempurung kelapa, di ujungnya atas bagian tanduk dipasang 1 buah senar dan dimainkan dengan cara dipetik (Tana Toraja)
e. Keso-Keso : sejenis rebab (alat musik gesek) dari daerah Toraja
f. Lembong : sejenis seruling yg panjangnya 50 - 100 cm dan dengah garis tengah 2 cm, diujungnya dipasang tanduk kerbau atau sapi jd menyerupai cerobong (Tana Toraja)

A. Kabupaten Pinrang (Suku Bugis)

1. Kecapi
Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.

2. Gendang
Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana.

3. Sulin
Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah.
Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi dan dimainkan bersama penyanyi
Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau acara penjemputan tamu.

B. Kabupaten Enrekang, Suku Massenrengpulu (Maiwa, Duri dan Enrekang)

Musik bambu, alat musik tradisional Suku Massenrengpulu, terancam punah. Masyarakat Suku Massenrengpulu (Maiwa, Duri dan Enrekang) menyebut musik bambu sebagai musik bas, semua peralatannya terbuat dari bahan bambu pelang atau petung, bentuknya menyerupai peralatan musik angklung dari Jawa Barat.
Angklung dan musik bas dimainkan secara berkelompok. Hanya saja bedanya, alat musik angklung mengandalkan bunyi suara bamboo, sedangkan musik bas adalah alat musik tiup. Alat tiup itu pun terus berkembang dan menjadi sarana hiburan rakyat di pedalaman Enrekang, dilengkapi alat tabuh yang dibuat dari kulit sapi dan dimainkan beramai-ramai pada saat upacara adat, menyambut musim panen atau pesta rakyat.

Lagu daerah Sulawesi Selatan : Ati Raja. Anging Mamiri, Ammac Ciang, Pakarena, Idologo, Anak Kukang dll.

materi referensi:
google.co.id
kapanlagi.com

Minggu, 04 Desember 2011

KAIN SUTRA BUGIS DI RUSIA

                                                       


Peragaan busana Kain Sutra Bugis dipadukan dengan pertunjukan kesenian budaya Sulawesi Selatan berupa Tari Pa'rimpungan, Rabbana Jepeng, dan pertunjukkan prosesi adat berhasil memikat masyarakat kota di Vladimir, Rusia.

Sebanyak 250 penonton menikmati pertunjukkan yang digelar di gedung pertunjukan ekslusif Museum Vladimir-Susdal yang berjarak 210 km dari ibukota Rusia, kata Counsellor Pensosbud dan Pendidikan KBRI Moskow, Aji Surya, dikutip dari Antara London, Senin.

Pertunjukan disaksikan Wakil Gubernur Vladimir, Martinov Sergey dan Direktur Jenderal Museum Vladimir, Svetlana Mednikova serta Dubes RI untuk Rusia, Hamid Awaludin juga ditampilkan Appasiori Waju, Gandrang Bulo serta pertunjukkan simponi kecapi.

Menurut Dubes Hamid Awaludin, pemilihan Vladimir sebagai tempat pertunjukkan didasari pemikiran bahwa kota ini merupakan salah satu kota peradaban Rusia karena pernah menjadi ibukota pada zaman kerajaan di masa lalu

Irama gendang yang merupakan instrumen utama terdengar bertalu-talu terpadu manis dengan lengkingan alat tiup puik-puik serta diselingi gemuruh gong mengiringi tari-tarian yang lembut hingga enerjik. Pakaian para penari yang didominasi warna berani seperti biru, kuning dan merah menambah suasana panggung sangat semarak. Semua menjadi sajian yang menggambarkan budaya yang gagah berani namun mengedepankan kebijakan.

Penampilan peragaan busana rancangan Totok Supangat yang mengusung Sutra Bugis sebagai bahan utamanya, berhasil menarik perhatian karena kain-kain yang bermotifkan sarung atau paduan antara garis dan kotak-kotak dijadikan aneka busana wanita yang terlihat anggun dan menawan.

Keberaniannya memainkan warna kuat merupakan suatu eksperimen yang berani. "Sutra model ini memang sangat unik dan relatif lain sehingga menantang untuk dijadikan busana," ujar Totok. Totok mengatakan busana yang ditampilkan kali ini berupa pakaian yang cocok untuk musim semi hingga panas di Rusia.

Dengan bahan yang tipis dan dipadukan dengan warna cerah, membawa suasana kehidupan alam dengan mahatari yang terang. Adapun model busananya lebih berkarakter modern dan kontemporer semi eksperimental.

Uniknya dari pegelaran busana ini karena semua penari wanita yang berjumlah tujuh mahasiswi tersebut juga berperan sebagai peragawati. Dengan demikian, maka pergantian busana di balik panggung menjadi riuh dan serba cepat. Tidak jarang mereka terlihat begitu nervous karena harus segera manggung.

Setelah sukses di Vladimir, tim kesenian Sulsel akan mengelar pertunjukan ke kota Moskow, Kazan dan berakhir di St. Petersburg. Paket pentas seni yang dimotori Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan KBRI Moskow ini berlangsung selama seminggu.

Jumat, 02 Desember 2011

KEBUDAYAAN SUKU BUGIS

(Sejarah_ Bugis)
Tidak seperti bahagian Asia Tenggara yang lain, Bugis tidak banyak menerima pengaruh India di dalam kebudayaan mereka. Satu-satunya pengaruh India yang jelas ialah tulisan Lontara yang berdasarkan skrip Brahmi,yang berkembang melalui arus perdagangan. Kekurangan pengaruh India, tidak seperti di Jawa dan Sumatra, mungkin disebabkan oleh komuniti awal ketika itu kuat menentang asimilasi budaya luar.
Permulaan sejarah Bugis lebih kepada mitos dari sejarah lojik. Di dalam teks La Galigo, populasi awal adalah terdapat di pesisir pantai dan tebing sungai dan dan menempati wilayah wilayah yand dekat dengan pusat perairan. Penempatan di tanah tinggi pula didiami oleh orang Toraja. Penempatan-penempatan ini bergantung kepada salah satu daripada tiga pemerintahan yaitu Wewang Nriwuk, Luwu’ dan Tompoktikka. Walau bagaimanapun, pada abad ke 15, terdapat kemungkinan penempatan awal tersebar di seluruh Tana Ugi, malahan jauh ketengah hutan dimana tidak dapat dihubungi melalui pengangkutan air. Mengikut mitos, terdapat migrasi yang ingin mencari tanah baru untuk didiami. Implikasi penempatan ditengah-tengah hutan ini ialah perubahan fizikal hutan, dimana hutan-hutan ditebang dan proses diteruskan sehingga abad ke 20.

Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-Melayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata ‘Bugis’ berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina (bukan negara Tiongkok, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini) yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton
.
BAHASA

AKSARA BUGIS
Bahasa Bugis adalah bahasa yang digunakan etnik Bugis di Sulawesi Selatan, yang tersebar di kabupaten sebahagian Kabupaten Maros, sebahagian Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kabupaten Pinrang, sebahagian kabupaten Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten Soppeng,Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng. Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional memakai aksara Lontara. Pada dasarnya, suku kaum ini kebanyakannya beragama Islam Dari segi aspek budaya, suku kaum Bugis menggunakan dialek sendiri dikenali sebagai ‘Bahasa Ugi’ dan mempunyai tulisan huruf Bugis yang dipanggil ‘aksara’ Bugis. Aksara ini telah wujud sejak abad ke-12 lagi sewaktu melebarnya pengaruh Hindu di Kepulauan Indonesia.

MATA PENCAHARIAN
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

SISTEM KEMASYARAKATAN
Dalam sistem perkawinan adat Bugis terdapat perkawinan ideal:
1. Assialang maola
Ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat kesatu, baik dari pihak ayah maupun ibu.
2. assialanna memang
ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat kedua, baik dari pihak ayah maupun ibu.
3. ripaddeppe’ abelae
ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat ketiga, baik dari pihak ayah maupun ibu atau masih mempunyai hubungan keluarga.

Adapun perkawinan – perkawinan yang dilarang dan dianggap sumbang (salimara’):
1.      perkawinan antara anak dengan ibu / ayah
2. perkawinan antara saudara sekandung
3. perkawinan antara menantu dan mertua
4. perkawinan antara paman / bibi dengan kemenakan
5. perkawinan antara kakek / nenek dengan cucu.

Tahap – tahap dalam perkawinan secara adat :
1.      Lettu ( lamaran)
ialah kunjungan keluarga si laki-laki ke calon mempelai perempuan untuk menyampaikan keinginan nya untuk melamar calon mempelai perempuan.

2.      Mappettuada. (kesepakatan pernikahan)
Ialah kunjungan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan untuk membicarakan waktu pernikahan,jenis sunrang atau mas kawin,balanja atau belanja perkawinan penyelanggaran pesta dan sebagainya.

3.      Madduppa (Mengundang)
Ialah kegiatan yang dilakukan setelah tercapainya kesepakayan antar kedua bilah pihak untuk memberi tahu kepada semua kaum kerabat mengenai perkawinan yang akan dilaksanakan.

 4.  Mappaccing (Pembersihan)
Ialah ritual yang dilakukan masyarakat bugis (Biasanya hanya dilakukan oleh kaum bangsawan), Ritrual ini dilakukan padah malam sebelum akad nikah di mulai, dengan mengundang para kerabat dekat sesepuh dan orang yang dihormati untuk melaksanakan ritual ini, cara pelaksanaan nya dengan menggunakan daun pacci (daun pacar ), kemudian para undangan di persilahkan untuk memberi berkah dan doa restu kepada calon mempelai, kono bertujuan untuk membersihkan dosa calon mempelai, dilanjutkan dengan sungkeman kepada kedua orang tua calon mempelai.

PASANGAN PENGANTIN
Hari pernikahan dimulai dengan mappaenre balanja , ialah prosesi dari mempelai laki-laki disertai rombongan dari kaum kerabat, pria-wanita, tua-muda, dengan membawa macam-macam makanan, pakaian wanita, dan mas-kawin ke rumah mempelai wanita. Sampai di rumah mempelai wanita langsung diadakan upacara pernikahan,dilanjutkan dengan akad nikah. Pada pesta itu biasa para tamu memberikan kado tau paksolo’. setelah akad nikah dan pesta pernikahan di rumah mempelai wanita selesai dilalanjutkan dengan acara “mapparola” yaitu mengantar mempelai wanita ke rumah mempelai laki-laki.
Beberapa hari setelah pernikahan para pengantin baru mendatangi keluarga mempelai laki-laki dan keluarga mempelai wanita untuk bersilaturahmi dengan memberikan sesuatu yang biasanya sarung.

MAPPAENRE BOTTING
sebagai simbol perkenalan terhadap keluarga baru. Setelah itu, baru kedua mempelai menempati rumah mereka sendiri yang disebut nalaoanni alena.

Sistem Kemasyarakatan menurut Friedericy, dulu ada tiga lapisan pokok, yaitu:
1.     Anakarung : lapisan kaum kerabat raja-raja.

2.      To-maradeka Tu-mara-deka : lapisan orang merdeka yang merupakan sebagian besar dari rakyat Sulawesi Selatan.

3.       Ata : lapisan orang budak, yaitu orang yang ditangkap dalam peperangan, orang yang tidak dapat membayar hutang,      atau orang yang melanggar pantangan adat.

Susunan Lapisan Gelar-gelar yang terdapat pada Suku Bugis:
1.      Datu
Datu adalah Gelara yang di berikan kepada bangsawan bugis yang memegang pemerintahan daerah.

2.       Arung
Arung adalah Gelar yang diberikan kepada bangsawan bugis yang memegang pemerintahan wilayah.

3.       Andi
Andi adala gelar yang diberikan kepada bangsawan bugis yang biasanya anak dari perkawinan antara keturunan arung dengan arung.

4.       Puang
Puang adalah Gelar yang diberikan kepada anak dari hasil perkawinan antara arung atau andi yang mempunyai  istri masyarakat biasa, begitupun sebaliknya.

5.       Iye
Iye adalah gelar yang diberikan kepada masyarakat biasa yang masih memiliki silsilah yang dekat dengan kerabat  bangsawan.

6.       Uwa
Uwa adala kasta ter rendah dalam masyarakat bugis yaitu gelar yang diberikan kepada masyarakat biasa.

ADAT- ISTIADAT DAN PRILAKU HIDUP BERMASYARAKAT.

System norma dan aturan-aturan adatnya yang keramat dan sacral yang keselaruhnya disebut panngadderreng (panngadakkang).
Sistem adat keramat dari orang bugis terdiri atas 5 unsur pokok, yaitu:

1.      Ade’( ada’)
Ade adalah bagian dari panggaderreng yang secara khusus terdiri dari:

a.       Ade’ akkalabinengeng atau norma mengenai hal-hal ihwal perkawinan serata hubungan kekerabatan dan berwujud sebagai kaidah-kaidah perkawinan, kaidah-kaidah keturunan, aturan-aturan mengenai hak dan kewajiban warga rumah tangga, etika dalam hal berumah tangga dan sopan santun pergaulan antar kaum kerabat.

b.       Ade’ tana atau norma mengenai hal ihwal bernegara dan memerintah Negara dan berwujud sebagai hukum Negara, hukum anatar Negara, serta etika dan pembinaan insan politik.
Pengawasan dan pembinaan ade’ dalam masyarakat orang Bugis biasanya dilaksanakan oleh beberapa pejabat adat seperti : pakka tenniade’, puang ade’, pampawa ade’, dan parewa ade’.

2.      Bicara
Bicara adalah unsur yang mengenai semua aktivitas dan konsep-konsep yang bersangkut paut dengan keadilan, mak kurang lebih sama dengan hukum acara,menentukan prosedurenya serta hak-hak dan kewajiban seorang yang mengajukan kasusnya di muka pengadilan atu mengajukan gugatan.

3.       Rapang
Contoh, perumpamaan, kias, atau analogi. Rapang menjaga kepastian dan konstinuitet dari suatau keputusan hukum taktertulis dalam masa yang lampau sampai sekarang, dengan membuat analogi dari kasus dari masa lampau dengan yang sedang di garap sekarang.

4.      Wari’
Melakukan klasifikasi dari segala benda, peritiwa, dan aktivitetnya dalam kehidupan masyarakat         

5.      Menurut kategorinya. Misalnya untuk memelihara tata susunan dan tata penempatan hal-hal dan dan benda-benda dalam kehidupan masyarakat; untuk emelihara jalur dan garis keturunan yang mewujudkan pelapisan social; untuk memlihara hubungan kekerabatan antara raja suatu Negara dengan raja dari Negara lain, sehingga dapat ditentukan         mana yang muda dan mana yang tua dalam tata uacara kebesaran.

6.      Sara’
Pranata dan hokum Islam dan yang melengkapkan keempat unsurnya menjadi lima.
Dalam kasusastraan Pasengyang memuat amanat-amanat dari nenek moyang, ada contoh-contoh dari ungkapan-ungkapan yang diberikan kepada konsep siri seperti:

1.      siri’ emmi rionrowang ri-lino artinya: hanya untuk siri’ sajalah kita tinggal di dunia. Arti siri sebagai hal yang memberi identitet social da martabat kepada seorang Bugis
2.       Mate  siri’na artinya mati dalam siri’ atau mati untuk menegakkan martabat dalam diri,yang dianggap suatu hal yang terpuji dan terhormat
3.       Mate siri’ artinya mati siri’ atau orang yang sudah hilang martabat dirinya dalah seperti bangkai hidup. Kemudia akan melakukan jallo atau amuk sampai ia mati sendiri.
Agama dari penduduk Sulawesi Selatan kira-kira 90% adalah Islam, sedang 10 % memeluk agama Kristen Protestan atau Katolik. Umat Kristen atau Katolik biasanya pendatang dari Maluku, Minahasa, dan lain-lain

KESENIAN
Alat musik
Kacapi (Kecapi)

Kacapi Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan
 hiburan pada hari ulang tahun.



Sinrili










 Gambar Mr.Syarifuddin Daeng Tutu

Sinrili
Alat musik yang mernyerupai biaola cuman kalau biola di mainkan dengan membaringkan di pundak sedang singrili di mainkan dalam keedaan pemain duduk dan alat diletakkan tegak di depan pemainnya.

 Gendang

Pa' Gendang
Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana.







 
Seruling 

seruling
Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
• Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah.
• Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi dan dimainkan bersama penyanyi
• Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau acara penjemputan tamu.

Seni Tari
• Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
• Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan    bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
 
• Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis.
• Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabai (waria), namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.
• Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte (biasanya di gelar padasaat Pesta Panen).


 

                                                   









Makanan Khas Sulawesi Selatan:

1. COTO MAKASSAR
2. KONRO
3. SOP SAUDARA
4. PISANG EPE’
5. PISANG IJO
6. PALU BASSAH
7. PALA BUTUNG
8. NASU PALEKKO (Bebek).

Permainan
Beberapa permainan khas yang sering dijumpai di masyarakat Bugis ( Pinrang): Mallogo, Mappadendang, Ma’gasing, Mattoajang (ayunan), getong-getong, Marraga, Mappasajang (layang-layang), Malonggak.

Senjata Suku Bugis



                                                                              
                                                                  

KAWALI Adalah Senjata Khas Suku Bugis